Sabtu, 16 Februari 2008

WANITA OH WANITA

Wanita Makkah itu menolak lamarannya. Lemas. Duka. Kecewa. Namun, hal itu tidak serta merta mematahkan semangat Sang Pejuang Cinta. Selama waktu masih bergulir, berarti masih selalu ada kesempatan melesatkan mata panah cinta tepat di hatinya. Saat itu, goncangan dakwah di Makkah kian menghebat. Sebuah pergerakan besar perlu digelar guna menyelamatkan keimanan kaum muslimin Makkah. Ternyata titah Rabb-nya adalah pilihan cinta Ummul Qo’is, wanita muslimah Mekkah itu. Harta, saudara, tanah kelahiran, dan segala pernik dunia di Makkah biarlah menjadi kenangan. Bersama kaum muslimin Makkah lainnya, sebuah momentum sejarah peradaban Madani pun dimulai. Berbekal aqidah yang telah bersemai indah dalam hatinya, berhijrah menuju sebuah kota harapan dakwah: Madinah. Mencintai yang dicinta berarti mencintai apa yang dicinta oleh yang dicinta. Maka, pilihan cinta Ummul Qo’is adalah kecenderungan yang sama bagi Sang Pejuang Cinta. Karena cinta telah menjadi energi perjuangannya, maka hijrah adalah langkah perjuangan yang juga harus ditempuh Sang Pejuang Cinta. Harta, saudara, tanah kelahiran, dan segala pernik dunia di Makkah biarlah menjadi kenangan. “Aku tak akan jauh darimu, duhai Cinta…” desahnya. Tibalah Sang Pejuang Cinta di kota yang sama dengan Ummul Qo’is, Madinah Al Munawarah. Di kota ini, bunga-bunga dakwah bermekaran indah. Di kota ini pula, bunga cintanya harus mekar sebagaimana target eksistensinya . Sang Pejuang Cinta pun kembali melayangkan pinangannya pada wanita Makkah itu. Dan akhirnya, tercapailah cita dan cinta yang selama ini dia tuju. Muhajir Ummul Qo’is mendapatkan Ummul Qo’is dari perjuangan hijrahnya. Tidak kurang dan tidak lebih. Sedangkan, muhajirin karena Allah dan Rasulnya mendapatkan ridho Allah dan rasulNya di dunia dan di akhirat. Tidak kurang dan pasti berlebih. Disadur dari latar belakang hadits Arba’in #1, Imam An Nawawi. Sahabat, Munculnya fitnah adalah sunnatullah yang menjadi salah satu karakter jalan perjuangan. Ketika hubungan kita dengan Allah begitu dekat, maka sekokoh itulah pijakan kita untuk tetap berada di jalan ini. Namun, jika hubungan kita dengan Allah hanya sekadar formalitas yang hambar, maka selemah itulah ketahanan yang kita miliki terhadap dera ujian. Sahabat, Allah telah menghiasi manusia dengan cinta syahwat kepada wanita (QS.3:14). Ingatkah pesan Rasul kita kala beliau berkata, “Tidaklah aku meninggalkan fitnah yang lebih besar kepada laki-laki melainkan fitnah wanita”? Bagi seorang da’i, betapapun kuat kepribadiannya dan tajam pemikirannya, bukan tidak mungkin terpeleset pada kubangan syahwatun nisa’ ini. Ia bukan hanya dapat memberikan efek lethal bagi produktivitas dakwahnya, melainkan juga melunturkan kebarokahan dakwah yang telah terbangun dengan susah payah. “Tiga hal yang jangan sampai dirimu melakukannya, diantaranya… janganlah kamu mendatangi wanita meskipun engkau beralasan: aku ingin mengajarkannya kitabullah.” Ujar ulama zuhud, Maimun bin Mahran. Sedemikian besar pengaruh seorang wanita. Bukan hanya mampu berdiri memberi sokongan hebat di balik suksesnya laki-laki luar biasa, namun ia juga mampu mengkerutkan laki-laki luar biasa hingga tanpa bentuk. Di sisi lain, tak bisa dipungkiri bahwa wanita juga begitu mudah terpedaya oleh kata, tahta, harta, dan pernik dunia lainnya. Setidaknya, bukankah Hawa yang lebih dulu termakan tipuan iblis sebelum Adam as hingga akhirnya terlempar ke dunia? Bukankah wanita adalah awal kesesatan bani Israil? Bukankah istri-istri Rasulullah, para wanita-wanita Makkah, juga pernah khilaf meminta “kenaikan jatah dunia” ketika sudah di Madinah? Sahabat, Mohon selalu bimbinganNya untuk tetap teguh agar tak ada satu pun di antara kita yang runtuh. Termasuk saya, kamu, dan saudara-saudara kita yang lain. Sifat keinsanan yang melekat pada diri kita begitu mudah menarik-ulur grafik fluktuasi keimanan. Kita tak tahu benar bagaimana keadaan iman dalam hati kita hari ini dan esok, apalagi untuk memastikan hal yang sama pada hati orang lain. Maka, jangan coba-coba bermain api dalam hal ini. Sebuah kebakaran besar berawal dari percikan api yang kecil. Terlepas dari apapun hajatmu terhadap wanita, tetaplah berjalanlah dalam bingkaiNya. Karena semua yang telah digariskanNya untukmu, tidak akan luput darimu. Sahabat, Kondisi wanita dapat menggambarkan baik buruknya suatu kaum. Wanita mampu menjadi tiang suatu Negara. Wanita adalah bunda sebuah peradaban. Wanita adalah ibu yang di telapak kakinya terdapat syurga. Bahkan, rasulullah pun menyatakan bahwa sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita sholihat. Namun, mendidik wanita menjadi sholihat adalah sesulit menjauhi fitnah mereka. Wallohu’alam bishowab. Ba’da perjalanan malam Bandung-Jakarta, 16 February 2008

2 komentar:

Bob mengatakan...

Asl..benarkah ?

Juditha Elfaj mengatakan...

benar yang mana? insya Allah kebenarannya terjaga. silakan beri masukan jk perlu... trims